Home News Nurgianto, Mantan Pekerja Blok Banyu Urip Bangkit Dari Bangkrut

Nurgianto, Mantan Pekerja Blok Banyu Urip Bangkit Dari Bangkrut

528
0
SHARE
Nurgiato tengah serius mengikuti pelatihan Agrobisnis di PIB

Anda pernah bangkrut? Kuncinya, keberanian mengambil resiko dan mental usaha yang tidak rapuh.  “Dua hal itu merupakan modal dasar yang harus dimiliki jika seseorang ingin menggeluti dunia wirausaha dan budidaya,” ujar Nurgianto, peternak domba asal desa Gayam disela-sela mengikuti pelatihan Agrobisnis di Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Bojonegoro, senin (7/11). Lantas, bagaimana Nurgianto mengaplikasikan dua hal tersebut?

 

Pria muda ini sebelumnya bekerja sebagai sweeper pengendali gas H2S dikawasan eksplorasi minyak blok banyu urip yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd. Bekerja sebagai karyawan, tak membuatnya berpuas diri. Resign setelah dua tahun menyandang status sebagai pekerja atau karyawan, Nurgianto memilih banting setir menggeluti dunia budidaya domba khususnya untuk penggemukan domba pejantan.

 

“sebelum saya keluar dari karyawan, sebenarnya saya sudah memulai mencoba untuk budidaya ternak domba. Saya sadar bahwa menjadi karyawan tidak bisa selamanya diandalkan menjadi sumber pendapatan rumah tangga. Apalagi, proyek tidak selalu ada setiap saat dan tergantung kontrak dengan batasan waktu tertentu,” ujar Nurgianto menceritakan masa lalunya memulai usaha budidaya ternak domba.

 

Tidak tanggung-tanggung, Nurgianto memulai budidayanya dengan 16 ekor domba pejantan bakalan. Puluhan juta uang tabungan dari hasil kerja di investasikan untuk kandang dan domba bakalan. “kalau kita ingin sukses setidaknya harus berani mengambil resiko berinvestasi. Keuntungan besar mengandung resiko yang besar, begitu juga dengan keuntungan kecil mengandung resiko kecil. Saat itu saya ingin cepat mendapat keuntungan besar,” papar Nurgianto.

 

Sayang, upaya Nurgianto memulai budidaya tak semulus yang dibayangkan sebelumnya. Harga domba yang fluktuatif menyebabkan usaha yang dimulainya menjadi merugi. “Harga domba waktu itu anjlok. Saya rugi lebih dari 200 ribu per ekornya untuk satu siklus atau selama empat bulan,” kenang Nurgianto. Kejadian itu terus berlanjut hingga membuatnya bangkrut.
Pupus semangat Nurgianto? Tidak, pria ini kembali bangkit setelah belajar dari kegagalanya. “Biaya terbesar saya selama budidaya dari pakan konsentrat. Harga pakan konsentrat Rp 2.300 perkilo. Biaya pakan satu kilo perhari untuk satu ekor ternyata tidak sebanding dengan harga penjualan yang sedang anjlok. Itu yang membuat saya bangkrut,” tutur Nurgianto tentang evaluasi usaha budidayanya.

 

Nurgianto memilih bergabung dengan Asosiasi Pembudidaya Ternak Taruno Brenggolo yang merupakan binaan PIB Bojonegoro. “saya mencoba belajar banyak di PIB melalui ujo coba dan studi pengamatan. Salah satunya praktik pembuatan pakan ternak dengan metode fermentasi hijauan,” kata Nurgianto. Program pelatihan dan uji coba ini dilaksanakan PIB Bojonegoro dan Bina Swadaya atas prakarsa ExxonMobil Cepu Ltd.

 

“saat musim penghujan banyak sekali potensi tanaman yang dapat dijadikan bahan pakan ternak. Saya tidak perlu lagi bergantung pada pakan pabrikan. Managemen pakan saya rubah dengan cara pagi dan siang saya kasih konsentrat. Sedangkan malam saya kasih pakan hijauan yang sudah difermentasi. Dengan cara ini, saya bisa menghemat biaya pakan,” jelas Nurgianto.

 
Kini Nurgianto telah bangkit kembali. Dengan modal hasil pinjaman di KSP Rajekwesi (program kerja sama Bina Swadaya dan EMCL-red), Nurgianto memulai budidayanya kembali dengan delapan ekor bakalan domba. Tidak tanggung tanggung, hasil penjualan terakhir Nurgianto mampu mendapatkan omset sebesar 14 juta rupiah. Bahkan, saat ini Nurgianto sedang persiapan kembali menambah jumlah ternak dengan kandang berkapasitas 20 ekor. Maju terus Nurgianto !!!(sis/min)

SHARE

LEAVE A REPLY